hello guys…. disini sya akn menceritakan sedikit tentang budaya yang ada di daerah ku yaitu Nyadran dan Fahombo,Nyadran dan Fahombo merupakan apa yang disebut oleh Koentjoroningrat sebagai cipta, rasa, karsa manusia dan juga apa yang dimaksud Geertz sebuah bentuk simbol. Nyadran dan Fahombo bukan semata-mata ciptaan yang tanpa sadar dibuat oleh manusia, namun merupakan suatu hal yang secara perlahan dciptakan, dilakukan karena terdapat unsur kepercayaan dan memiliki sebuah pemaknaan dibaliknya. Fahombo adalah tradisi melompati batu yang ada di Teluk Dalam, Nias Selatan, Sumatera Utara, Orang melompati batu setinggi lebih dari dua meter oleh seorang pria yang mengenakan pakaian adat. Ajang ini diperuntukan pada para lelaki yang akan memasuki usia dewasa sebagai uji mental dan fisik, sebelum akhirnya maju dalam peperangan. Nyadran dan Fahombo adalah sama- sama kebudayaan masyarakat daerah di Indonesia. Nach itu penjelasan yang ilmiahnya hehehehe biar kalian semua tahu apa itu tradisi nyadran dan fahombo. Masyarakat Indonesia memang mempunyai kebudayaan dan adat istiadat yang bermacam-macam, kita harus saling menghormati. Untuk kali ini yang kita bahas adalah Budaya Nyadran, Kemarin saya di undang teman kuliah saya di anak Prambon Kabupaten Nganjuk untuk menghadiri acara nyadran di tempat tinggalnya. Baru kali ini saya tahu yang namanya kebudayaan nydran karena di tempat saya di Jombang tidak ada heheheh. Budaya ini sudah ada sejak jaman hindu budha, namun sekarang kebanyakan sudah menggunakan doa-doa islam ( meskipun dalam ajaran islam tidak ada yang namanya tradisi nyadaran ) ritual nyandrannan di desa Sono Ageng ini merupakan agenda rutin tahunan yang digelar satu tahun sekali pasca panen raya padi atau diambil hari Kamis Legi malam Jum’at Pahing.

Prosesi acara nyadranan ( Keliling Desa )
Ritual itu juga dilakukan meminta selamat dan kemakmuran. Acara tersebut juga merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena telah diberi panen yang melimpah. Acara ini di ikuti puluhan dayang-dayang beriringan mengantar sesaji berupa hasil bumi ke makam mbah Sahid. Tokoh yang konon menurut cerita adalah orang pertama yang babat desa, sehingga sampai sekarang dikenal dengan nama Sono Ageng, setelah sesepuh desa membacakan doa dengan disertai bakar kemenyan didepan makam. Ratusan warga yang hadir dipemakaman desa tersebut, berebut sesaji berupa hasil bumi.
Ratusan orang menyakini, makanan maupun barang-barang yang sudah dikarak oleh dayang-dayang mulai dari balai desa sampai ke punden memiliki manfaat tersendiri, kata mbah Seman juru kunci ini salah satu juru kunci makam yang coba ditemui wartawan suara media nasional. Begitu pula masyarakat Sono Ageng selesai melakukan ritual, juga menggelar acara-acara hiburan pada malam harinya yang sangat ramai ada Pasar malam, Pertunjukkan jaranan ( Kuda Lumping ), Orkes dangdut, Wayang Kulit, Ketoprak, Tayub dan masih banyak lagi.

Leave a comment